Musim panas
di Jepang berlangsung selama bulan Juli hingga September. Sebenarnya hawa panas
mulai masuk ke Jepang pada pertengahan bulan Juli. Oleh karena itu, dalam
bulan-bulan ini, orang Jepang masih merasakan panas yang membakar.
Kalau
ditanyakan kepada mereka, apakah suka dengan musim panas, banyak yang akan
mengatakan tidak begitu suka karena hawa panasnya. Tetapi di lain pihak, banyak
yang menyukainya, terutama anak-anak karena pada bulan Agustus mereka akan
menjalani libur musim panas yang panjang.
Apa saja
yang dilakukan oleh orang Jepang selama musim panas tersebut?
Sekalipun
dikatakan berlangsung dari bulan Agustus, tetapi tradisi musim panas sebenarnya
sudah terlihat pada pertengahan bulan Juli. Pada waktu ini, agar dapat melewati
musim panas yang terik dalam keadaan sehat, orang Jepang biasanya menyampaikan
sapaan/ucapan kepada orang yang dikenalnya. Sapaan itu
disebut syochuumimai(暑中見舞い).
Agar tidak
terkalahkan dengan teriknya musim panas, maka demi menjaga kesehatan, mereka
mengkonsumsi unagi (belut) yang banyak mengandung zat nutrisi. Selain itu,
sebagaimana pernah saya tulis dalam blog ini, unagi menggambarkan kegesitan
bergerak. Di restoran, banyak dijual unagidon (nasi yang ditumpuki
dengan unagi). Atau di Nagoya terkenal dengan hitsumabushi (ひつまぶし). Kalau datang ke Nagoya pada musim panas, sangat tepat menikmati makanan
ini.
Selain itu,
tentu saja makanan yang menyegarkan dan dingin sangat diminati. Makanya pada
musim panas yang banyak terlihat di pasar adalah kakigori (es serut),
semangka atau suika (スイカ), soumen (そうめん) atau mie dingin, tokoroten (心太) dan warabi
mochi (わらび餅). Tokoroten adalah makanan kesukaan saya selama musim
panas. Ialah sejenis konyaku yang diberi kuah aneka rasa, dan tentu saja dijual
dengan harga sangat murah di supermarket. Sedangkan warabi mochi adalah makanan
untuk menemani kalau saya bekerja lembur di kampus.
Para pekerja
dan orang-orang dewasa, untuk mendinginkan badan, akan menghabiskan waktu sore
harinya di Pier Garden (restoran) untuk menikmati bir dingin.Wajah-wajah mereka
memerah karena hawa yang menyengat juga karena minuman keras yang diminumnya.
Tetapi tampak kebahagiaan di sana. Ini salah satu cara orang Jepang yang sangat
workaholic membebaskan diri dari stress.
Di bulan
ini, para muda-mudi, juga orang-orang dewasa, dan anak-anak dengan mengenakan
yukata (kimono musim panas) berwarna-warni cerah, mendatangi tempat-tempat
penyelenggara hanabitaikai (花火大会) atau pesta
kembang api. Biasanya di koran-koran, radio, internet atau selebaran iklan di
kereta akan ada pemberitahuan hanabitaikai terbesar di wilayah Jepang. Sebelum
mengunjungi hanabitaikai, sebaiknya dirancang jam berangkat dan jam pulang
karena kendaraan umum sangat crowded. Kalau masalah cemilan yang akan
dinikmati sepanjang acara tidak usah khawatir jika lupa membawa, karena di
sepanjang area banyak sekali food stall (warung) dadakan yang menjual aneka
makanan tradisional Jepang. Tetapi saya sarankan membawa air minum dan kipas,
karena panasnya sangat menyengat. Tips lain, untuk menikmati kembang api dengan
nyaman, bersegeralah mencari tempat duduk yang lapang, dan dengan pemandangan
ke langit yang terbebas dari pepohonan. Kalau sudah duduk, tidak usah berniat
pindah tempat lain, karena pasti akan kesulitan
. Dan tentu saja, jangan
lupa mengabadikan momen kembang api tersebut dengan kamera Anda. Di Nagoya,
hanabitaikai yang diminati adalah yang diselenggarakan di dekat Nagoya ko
(pelabuhan). Sewaktu saya tinggal di daerah Minato ku, dari kamar saya di
lantai 8, yang ada di salah satu asrama milik pemerintah Aichi, saya bisa
melihat kembang api sepuasnya. Dan hanya dengan berjalan kaki, dapat mencapai
areal pesta. Pesta kembang api lain yang lumayan besar yang pernah saya datangi
adalah yang ada di dekat Okazaki Jou (Benteng Okazaki). Jarak tempuh ke sana
memang agak jauh, dan kalau salah mengambil kereta, alamat akan berjalan kaki
yang lumayan melelahkan.
![:-)](file:///C:%5CUsers%5CTOSHIBA%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image001.gif)
Pada
pertengahan bulan Juli orang Jepang mengirimkan ochuugen (お中元) atau bingkisan pertengahan tahun, berupa bir, makanan kaleng, teh, kopi,
osoba, dll, yang dikirimkan kepada kenalan dan atasan, untuk menyampaikan salam
memasuki musim panas, dan ucapan terima kasih atas bantuannya selama ini. Ochuugen
akhir-akhir ini banyak yang dikirimkan, tetapi sebenarnya tradisinya adalah
diantarkan sendiri, dengan mengenakan kimono untuk bepergian. Ochuugen biasanya
dikemas dan dibungkus dengan kain bungkus yang indah.
Bulan
Agustus diawali dengan kegiatan festival obon (お盆). Obon adalah masa untuk melakukan pemujaan kepada nenek moyang. Biasanya
orang Jepang mudik dan berkumpul bersama keluarga, karena pada waktu itu,
orang-orang yang telah meninggal diyakini akan pulang ke rumah. Festival obon
biasanya berlangsung selama tiga hari. Pada hari-hari tersebut, masyarakat
Jepang juga libur, dan dikenal dengan libur obon. Kapan dimulainya liburan
obon, berbeda-beda untuk setiap daerah. Hal ini terjadi karena ketika sistem
kalender Jepang berubah pada masa Meiji, yaitu dari sistem lunar menjadi sistem
Gregorian (masehi), banyak yang tidak sepakat, dan akhirnya terpecah menjadi
tiga kelompok perayaan obon, yaitu Obon yang diselenggarakan pada bulan 15 Juli
disebut Shichigatsu Bon (七月盆), yang
berdasarkan kalender solar, lalu yang berdasarkan kalender lunar adalah 15
Agustus atau hachigatsu bon (八月盆), sementara
yang satu lagi adalah 15 bulan ke-7 pada sistem kalender lunar, yang disebut
kyuu bon (旧盆) dan ini akan berbeda setiap
tahunnya. Sekalipun hanya 3 hari, jika berbarengan dengan sabtu dan minggu atau
hari libur lainnya, maka hari libur obon akan bertambah. Obon adalah
salah satu hari raya dalam agama Buddha. Selain kegiatan di rumah, diselenggarakan
pula Bon Odori (tarian Obon) yang biasa dilakukan dari sore hingga malam
hari oleh warga setempat.
Kemudian
kalau pernah pergi ke Kyoto, maka ada satu bukit/gunung yang bertuliskan huruf
dai (大) yang berarti besar, dalam bentuk yang sangat besar,
dan segera tampak kalau kita mengarah ke pegunungan Kyoto. Ini disebut daimonji
yama (大文字山). Di Kyoto, saat akhir festival obon, yaitu tanggal
16 Agustus, huruf dai di gunung tersebut bersama dengan huruf-huruf lain yang
keseluruhannya ada di lima gunung akan dinyalakan sebagai pertanda mengantar
arwah kembali ke asalnya. Festival ini disebut Gozan no okuribi (五山の送り火) atau api yang mengantarkan (arwah) dari lima gunung.
Api yang
pertama akan mulai dinyalakan pada pukul 20.00 dari kuil Joudoji yanga ada di
Gunung Daimonji, lalu dilanjutkan ke empat gunung lainnya, yaitu api berbentuk
Myouhou (妙法) yang akan dinyalakan pada pukul
20.10 dari Gunung Higashi atau Gunung Nishi. Myouhou artinya hukum yang
mengagumkan. Selanjutnya pada pukul 20.15 akan dinyalakan funagata (舟形) atau api berbentuk perahu dari Gunung Funa, dan pada pukul 20.15 juga
akan dinyalakan api berbentuk huruf hidari daimonji (左大文字) atau huruf dai dari arah kiri, di Gunung Hidaridaimonji. Dan yang
terakhir pada pukul 20.20 akan dinyalakan api berbentuk torii, yang
disebut toriigata (鳥居形) yaitu
pembatas antara kehidupan manusia dengan kehidupan suci, bentuknya seperti
gerbang tanpa pintu berwarna merah, dan biasanya ada di pintu masuk kuil
Shinto. Kelima api tersebut akan menyala selama 30 menit.
Pada bulan
September sebenarnya hawa musim gugur sudah mulai terasa. Biasanya akan turun
hujan awal musim gugur yang disebut akisame (秋雨). Tanggal 1
September, warga Jepang memperingati hari pengendalian bencana atau bousai no
hi (防災の日). Pada hari itu, mereka melakukan latihan
besar-besaran untuk menghadapi bencana. Mengapa bulan September ? Saya kira
karena pada akhir September dan awal Oktober, banyak sekali bencana terjadi di
Jepang, termasuk angin topan yang sering datang pada bulan-bulan ini. Jadi,
sebagai persiapan mereka menetapkan hari tersebut sebagai hari bersiap-siap
menghadapi bencana. Dengan peringatan ini, warga seakan diingatkan untuk
mengecek kembali barang-barang yang selama ini disiapkan sebagai barang siap
bawa kalau terjadi bencana.
Pada pertengahan
bulan September diselenggarakan hari orang tua atau koureisya no hi (高齢者の日). Apa yang dilakukan pada hari itu? Umumnya anak-anak diajak oleh orang
tuanya untuk mengunjungi kakek neneknya dan menghibur mereka pada hari
tersebut. Sekolah-sekolah juga mengadakan kegiatan kunjungan ke panti jompo.
Sumber: Murniramli
0 komentar:
Posting Komentar